Kasus Tumbler Viral Jadi Contoh Kekuatan Media Sosial dalam Membentuk Opini Publik

RILISINFO.COM, Jogja – Kasus hilangnya sebuah tumbler di layanan transportasi publik menjadi pelajaran penting bagi dunia bisnis modern.

‎Dosen Program Studi Kewirausahaan UWM Yogyakarta, Antonius Satria Hadi, Ph.D., menegaskan bahwa “realitas bisnis kerap tidak dibentuk oleh fakta, tetapi oleh persepsi publik”.

‎Pernyataan ini disampaikannya di Kampus Terpadu UWM, Banyuraden, Gamping, Sleman, Jumat (28/11).

‎Menurut Antonius, media sosial memiliki daya ledak besar dalam membentuk opini.

‎“Unggahan yang memviralkan kejadian tersebut menimbulkan reaksi masif, bahkan sebelum klarifikasi muncul,” ujarnya.

‎Ia menyebut prinsip klasik pemasaran perception is reality, yaitu apa yang diyakini masyarakat sering kali jauh lebih menentukan daripada apa yang benar-benar terjadi.

‎Ia menjelaskan, konsumen tidak hanya berpikir rasional, melainkan juga emosional.

‎“Dalam perilaku konsumen ada loss aversion, rasa kehilangan terasa jauh lebih besar daripada rasa mendapatkan,” ungkapnya.

‎Benda yang hilang mungkin bernilai kecil, namun dugaan perlakuan tidak adil mengubahnya menjadi kemarahan besar.

‎Antonius menekankan pentingnya menjaga reputasi dan kredibilitas merek di era digital.

‎“Kepercayaan adalah mata uang utama,” tegasnya.

‎Ia mengingatkan bahwa gangguan kepercayaan, meski berawal dari hal sepele seperti sebuah tumbler, dapat menimbulkan dampak yang jauh lebih besar dibandingkan nilai barang itu sendiri.

(waw)