Channeling Bakat Anak-anak Melalui Program Pelopor dan Pelapor

RILISINFO.COM, Kota Bekasi – Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ika Dalimonthe menyatakan banyak di masyarakat anak anak yang mengalami kekerasan seksual dan bullying. Kementerian Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA) khususnya Deputi Pemenuhan Kebutuhan Hak Anak memiliki project Program 2P (Pelopor dan Pelapor).

Menurut dosen UNJ ini diluar sana fenomena yang kita hadapi begitu banyak anak anak yang mengalami kekerasan seksual khususnya dan juga kekerasan lainnya seperti bullying. Tentu saja membuat kehidupan yang tidak nyaman bagi mereka. Karena itu, lanjut dia, kementerian PPPA memiliki program untuk memenuhi hak hak anak ini dengan memberikan pelatihan dan dengan 3 tahapan (termin)

“Program Pelopor dan Pelapor (2P) ini adalah program Kementerian Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA). Acara Channeling dan Gelar Karya Anak Hebat Pelopor dan Pelapor ini adalah tahapan ketiga dari 3 rangkaian acara,” ujarnya kepada awak media pada Senin (8/7/2024) bertempat di Pondok Makan Kenanga, Bekasi Barat, Kota Bekasi.

Pertama, kementerian bekerjasama dengan kita, saya selaku dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang juga sebagai Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual sebagai Tenaga Ahli bekerjasama dengan lembaga mitra kami yaitu Cagar Fondation

“Kami mendapat jatah dari 76 anak dari 865 anak yang diberikan bantuan dari kementeria PPPA. 76 anak yang mewakili DKI Jakarta di termin pertama kami mendatangi dan menanyakan melalui indepth interview dengan melakukan wawancara mendalam dengan korban kekerasan apa yang dialami dan bagaimana kronologisnya,” jelasnya.

Tentu saja ketika anak anak ini mengalami kekerasan tadi yang kita sebut sebagai penyintas atau korban merasa dirinya sudah tidak lagi berharga, tidak ada gunanya lagi dan bahkan ada kecenderungan ingin melakukan bunuh diri, katanya.

Harus kita cegah jangan sampai anak kita bunuh diri karena dia sudah merasa tidak berdaya dan tidak ada gunanya lagi hidupnya di dunia. Setelah kita mendapatkan data mereka secara kronologis lalu kita memberikan termin kedua yaitu soft skill dan hard skill.

Soft skill itu bagaimana kita mengembalikan rasa percaya dirinya dengan pelatihan pelatihan seperti kontemplasi bahwa dia itu berharga, dia itu masih banyak bermanfaat untuk orang banyak, dia itu masih bisa menjadi orang yang dibutuhkan.

Kemudian hard skill, kita lihat dia itu dimana hobby nya, kemampuan dan potensinya ada dimana, dengan itu kita tingkatkan jadi modal dia menjadi konsep dirinya kembali sehingga dia merasa dirinya berharga dan bermanfaat bagi orang lain.

Termin ketiga, adalah yang hari ini kita laksanakan channeling dan gelar karya. Kita menggelar karya karya mereka, dari kementerian berharap karya karya mereka nantinya bisa dipajang di airport-airport, stasiun-stasiun yang bisa dilihat oleh banyak orang, mudah mudahan di hari Anak Nasional bisa disaksikan oleh ibu menteri sebagai penyandang dana

Channeling itu menyalurkan kemana nanti mereka bisa mengasah dari potensi potensinya dari yang tadinya hobinya main bola bisa ikut latihan seperti yang dilakukan di UNJ setiap hari Selasa

Kemudian mereka yang bisa melukis tentu saja bakat bakat mereka bisa ditingkatkan dan mereka bisa memiliki rasa percaya diri kembali serta diharapkan mereka bisa menjadi 2P tujuan dari acara hari ini pelopor dan pelapor, pelopor dari teman temanya bahwa dia bisa main bola dan diharapkan mereka punya teman teman yang mengalami hal hal yang berkaitan dengan kekerasan dan mereka berani melaporkan, apakah kepada oramg tuanya, kepada gurunya atau kepada Sapa 129 yang dimiliki oleh kementerian PPPA

Sementara itu, ada anak anak korban kekerasan ini belum memiliki akte kelahiran atau mungkin juga belum mempunyai identitas diri nantinya bisa dibantu tidak hanya dari anak anak yang berasal dari Jakarta karena Dukcapil sendiri memiliki jejaring dengan Dukcapil di daerah lain

Begitu juga tadi ada dari Pusbakum (pusat bantuan hukum), jadi memang selain instasi yang memang dari pemerintah juga banyak lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dengan hati nurani yang ingin memberikan bantuan karena merasakan bagaimana susahnya mencari perlindungan hukum.

“Jadi nanti anak anak korban atau penyintas ini bisa melaporkan kejadiannya seandainya mengalami hal hal yang tidak nyaman di masyarakat. Mudah mudahan kegiatan ini bisa saling bersinergi berkolaborasi antar instasi yang bisa membantu para korban kedepannya sehingga mereka bisa kembali beradabtasi dan kembali ke masyarakat dengan konsep diri yang baik dengan kepercayaan diri dan bermanfaat untuk orang banyak,” pungkasnya.

Diakhir rangkaian kegiatan Yayasan Cahaya Keluarga Fitrah bekerjasama dengan Asosiasi Wanita dan Gender Indonesia (ASWGI) mendapatkan dukungan dalam melaksanakan Program Peningkatan Resiliensi dan Penguatan Kapasitas Anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Republik Indonesia.

Pada hari Senin, 8 Juli 2024 kami sepakat mendukung pencegahan dan penanganan berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi pada anak (ditandatangani)

Deputi Pemenuhan Hak Anak Kemen PPPA

Asosiasi Wanita dan Gender Indonesia (ASWGI)

Komnas Disabilitas

Rumah Parenting

LPPM UNJ

PKBM Juara Jatibening

OASE Anak Bangsa

Global Edu Jakarta

Baitul Quran Kuntum

Rumah Autis

SD Kemanggisan 10 Jakarta Barat

Komunitas Media Online Indonesia (Komodo)

Pusat Bantuan Hukum (Pusbakum)

(*)