Dr. Thesa Ghozali Raih Pengakuan Internasional sebagai Ilmuwan Berpengaruh Dunia 2025

RILISINFO.COM, Yogyakarta — Prestasi membanggakan kembali diraih sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Salah satu dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Dr. apt. Muhammad Thesa Ghozali, M.Sc., berhasil masuk dalam daftar Top 2% Ilmuwan Berpengaruh Dunia versi Stanford University dan Elsevier.

Nama Ghozali melengkapi deretan dosen UMY yang sebelumnya juga tercatat dalam jaringan ilmuwan berpengaruh dunia, seperti Prof. Agus Setyo Muntohar, Dr. Udin, dan Dr. Ir. Iswanto. Penghargaan ini menjadi pengakuan atas kontribusinya dalam riset farmasi yang menggabungkan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

“Awalnya saya bingung, ini maksudnya apa dan pengaruhnya apa. Karena semangat riset saya baru tumbuh setelah lulus doktoral tahun 2021. Tapi alhamdulillah, ini kebahagiaan tersendiri karena baru pertama kali nama saya masuk daftar Top 2%,” ujar Ghozali saat ditemui di Gedung Dasron Hamid Research and Innovation Center UMY, Jumat (10/10).

Menurutnya, capaian tersebut menjadi motivasi untuk terus berkontribusi bagi UMY dan Muhammadiyah. Ia menekankan pentingnya riset farmasi berbasis teknologi informasi untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 dan era masyarakat 5.0. “Pemanfaatan teknologi informasi sudah menjadi kebutuhan mutlak di dunia farmasi. Kita harus siap beradaptasi dengan arah peradaban baru,” tuturnya.

Fokus riset Ghozali mencakup dua bidang utama, yakni edukasi pasien (patient education) dan penemuan obat baru berbasis AI. Ia mengembangkan sejumlah inovasi, seperti Kotak Obat Terintegrasi Internet of Things (IoT) yang dapat mengingatkan pasien minum obat secara otomatis, Aplikasi Asma untuk pemantauan kondisi pasien, serta model machine learning yang memprediksi resistensi antibiotik secara cepat.

“Biasanya uji resistensi bakteri membutuhkan waktu minimal 24 jam. Dengan machine learning, prediksi bisa dilakukan lebih cepat berdasarkan data yang sudah tersedia,” jelasnya. Inovasi itu diyakini dapat mempercepat diagnosis sekaligus meningkatkan efisiensi layanan kesehatan.

Ke depan, Ghozali berencana melakukan hilirisasi hasil riset agar bisa diterapkan langsung di rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Kami ingin teknologi kotak obat berbasis IoT ini bisa diintegrasikan ke sistem instalasi farmasi rumah sakit Muhammadiyah, seperti PKU Klaten,” katanya.

Ia juga berpesan kepada para dosen muda agar tidak takut memulai riset dari hal kecil. “Mulailah dari yang sederhana dan sesuai passion. Kalau terlalu tinggi justru bisa bingung sendiri. Yang penting, cintai dulu bidang yang kita tekuni,” ujarnya menutup perbincangan. (ihd)