PTPN IV PalmCo Perkuat Swasembada Pangan Nasional Lewat Pola Tumpang Sari dan Program PSR
RILISINFO.COM, Jakarta – PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo Sub Holding dari PTPN III (Persero) terus memperkuat perannya dalam mendukung swasembada pangan nasional. Selain percepatan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Perusahaan juga mengembangkan pola tumpang sari di lahan-lahan sawit yang belum produktif untuk menanam komoditas pangan seperti jagung dan padi. Hal ini dinilai menjadi salah satu solusi yang berpihak pada kepentingan nasional di tengah tantangan alih fungsi lahan dan ketergantungan terhadap impor.
“Swasembada pangan adalah kunci dari kemerdekaan, tidak ada bangsa yang merdeka kalau tidak bisa produksi pangannya sendiri. Saya ulangi, tidak ada bangsa yang merdeka sesungguhnya kalau bangsa itu tidak bisa produksi makannya sendiri. Karena itu perjuangan saya selama saya di politik, pengabdian saya selalu fokus. Saya tidak akan tenang sebelum Indonesia swasembada pangan,” ujar Presiden Prabowo Subianto saat melakukan Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat beberapa Waktu lalu.
Selaras dengan visi Presiden tersebut, Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengatakan bahwa Perusahaannya telah mengambil langkah nyata untuk mendukung Asta Cita Presiden melalui pemanfaatan areal sela lahan sawit yang belum menghasilkan.
“Kami melihat tumpang sari di lahan PSR sebagai salah satu strategi adaptif, dan juga bagian dari tanggung jawab korporasi dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Jatmiko menjelaskan bahwa lahan-lahan sawit yang sedang dalam masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun areal Tanaman Ulang dan Tanaman Konversi kini menjadi target optimalisasi untuk penanaman jagung dan padi.
“Kami menjalankan pendekatan menyeluruh yang melibatkan kemitraan dengan petani, pemerintah daerah, hingga institusi pertahanan seperti TNI-Polri. Semua bergerak dalam satu visi,” ujarnya.
Hingga 30 Juni 2025, PalmCo mencatat total realisasi penanaman jagung telah mencapai 140,02 hektare. Hasil produksi sementara tercatat sebesar 16.374 kilogram, berasal dari sejumlah kebun seperti Sei Dadap, Bangun, Tinjowan, Air Molek I, Kembayan, dan Danau Salak.
Sebagian besar penanaman jagung ini dilakukan bersama kelompok tani binaan dari pemerintah daerah, kepolisian, dan TNI. Wilayah tanam mencakup Kabupaten Ngabang dan Sanggau di Kalimantan Barat, Kabupaten Paser di Kalimantan Timur, Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan, serta wilayah di Sumatera Utara, Riau, Jambi, hingga Provinsi Banten.
Sementara itu, untuk komoditas padi gogo pola tumpang sari di lahan PSR yang dilakukan Perusahaan mencatat realisasi pilot project luasan tanam padi baru menyentuh 51 hektare, namun hasil panennya sudah menunjukkan potensi yang cukup baik. Salah satu contoh datang dari areal PSR milik KUD Dwi Jaya di Muaro Jambi yang berhasil memanen lebih dari 10 Ton padi dari lahan seluas 5 hektare, atau setara dengan produktivitas 2,1 Ton per Hektare.
“Butuh dukungan dari berbagai pihak dan insya Allah kami yakin kita semua memiliki pandangan yang sama dalam mewujudkan ketahanan pangan ini,” tukas Jatmiko.
Pencapaian program Tanam Padi PTPN yang sering disingkat TAMPAN itu juga mendapat diapresiasi oleh Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Heru Tri Widarto dalam kunjungannya ke lokasi panen padi gogo di Jambi, Heru menyatakan bahwa keberhasilan tersebut menjadi bukti kuat sinergi antara petani, perusahaan, dan pemerintah.
“Pencapaian ini mencerminkan komitmen dan kolaborasi yang kuat dalam mendukung program Kementerian Pertanian untuk swasembada pangan, khususnya melalui budidaya padi gogo di lahan kering dan area perkebunan,” ujarnya.
Tak hanya dalam urusan pangan, PalmCo tetap konsisten dalam mendampingi petani sawit melalui program PSR. Dalam tiga tahun terakhir, perusahaan berhasil mengawal proses pencairan dana BPDPKS untuk luasan mencapai 15.321 hektare dari target 22.569 hektare.
Pola kemitraan berbasis single management yang diterapkan oleh PalmCo terbukti meningkatkan produktivitas petani plasma di atas rata-rata nasional. Rata-rata produktivitas tanaman menghasilkan (TM) tahun pertama dari petani mitra tercatat sebesar 12,57 ton tandan buah segar (TBS) per hektare per tahun. Angka ini lebih tinggi dari standar nasional sebesar 12 ton yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Beberapa KUD bahkan mencatatkan hasil luar biasa. KUD Makarti Jaya di Riau, misalnya, mampu mencapai 18 ton TBS per hektare di tahun pertama. Keberhasilan ini pun berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya, di mana untuk tanaman tahun kedua, setengah dari mitra petani mencatatkan produktivitas di atas 15 ton per hektare, dengan capaian tertinggi hingga 21 ton. Sementara itu, seluruh TM tahun ketiga hingga kelima tercatat 100 persen berada di atas standar nasional.
Sebagai bentuk keberlanjutan, PalmCo juga menjalankan empat program utama untuk mendukung sawit rakyat. Mulai dari pendampingan kemitraan, distribusi bibit unggul bersertifikat, penjamin hasil panen melalui sistem offtaker, hingga pemberdayaan kelembagaan KUD agar mampu menjadi pusat pengetahuan bagi sesama petani.
“Ke depan, kami akan terus mengintegrasikan program PSR dengan penguatan sektor pangan. Ini akan menjadi bagian dari strategi besar PalmCo untuk menjadi salah satu penggerak ketahanan pangan Indonesia,” tutup Jatmiko.(*)